Tari Boran adalah tarian tradisional dari Lamongan yang menggambarkan kehidupan para penjual nasi boran yang menjajakan dagangannya dan berinteraksi dengan pembeli. Tarian ini selain kaya akan nilai seni dan budaya, namun juga banyak terdapat nilai filosofis di dalamnya. Tari Boran ini merupakan tarian tradisional yang sangat terkenal di Lamongan dan menjadi salah satu tarian khas disana. Tari Boran terinspirasi dari para penjual nasi boran, yaitu makanan tradisional khas dari Lamongan, Jawa Timur. Pada jaman dahulu para penjual nasi boran menjajakan dagangannya dengan cara menggunakan Wakul atau wadah nasi yang terbuat dari bambu dan ditaruh diatas kepala mereka untuk membawanya.
Tari ini menggambarkan sekelompok prajurit berkuda yang sedang berlatih. Mereka terlihat sangat lincah. Tari ini merupakan pengembangan dari kesenian Kepang Dor yang bertujuan untuk melestarikan kesenian-kesenian yang masih sangat banyak di Kabupaten Lamongan. Tari Turonggo Solah juga berasal dari Lamongan. Tari Turonggo dapat ditampilkan dalam bentuk tunggal, berpasangan, atau secara kelompok. Tema yang dipergunakan Tari Turonggo Solah adalah tema pendidikan, yang dilatar belakangi dari Tari Kepang Jidor.
Daerah lamongan memiliki tradisi sendiri dalam melaksankan upacara pernikahan, pernikahan di Lamongan ini disebut pengantin bekasri. berasal dari kata bek dan asri, bek berarti penuh, asri berarti indah/menarik jadi bekasri berarti penuh dengan keindahan yang menarik hati. pada dasarnya tahapan dalam pengentin bekasri dapat dijadikan dalam empat tahap yaitu tahap mencari mantu, tahap persiapan menjelang peresmian pernikahan, tahap pelaksanaan peresmian pernikahan dan tahap setelah pelaksanaan pernikahan.
Tari Mayang Madu adalah sebuah Tarian yang memiliki konsep islami dan tradisional yang diciptakan oleh Arif Anshori. Beliau yang di bantu oleh Suwandi Widianto mengambil keteladanan dan kegigihan Sunan drajat dalam menyebarkan agama islam lalu menampilkannya dalam bentuk kesenian Tarian. Dengan menggunakan "Gamelan" sebagai medianya, gamelan yang di gunakan oleh Sunan Drajat ini mempunyai sebutan yakni "Singo Mengkok". Alasan sunan drajat menggunakan menggunakan media seni dikarenakan pada saat itu masyarakat masih banyak yang memeluk agama Hindu dan Budha.
Tari ini menceritakan sekelompok anak yang sedang menimba ilmu agama Islam, atau biasa disebut mengaji. Mereka berbondong bondong untuk mempelajari agama Islam, yang merupakanb tradisi masyarakat Lamongan untuk menimba ilmu agama sejak dini.
Tari ini merupakan tari pembuka dalam kegiatan kesenian tayub khas Lamongan. Tari ini menceritakan tentang ucapan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Tari silir-silir merupakan rangkaian perwujudan angin yang bertiup lembut. Angin tersebut berasal dari lambaian lembut kipas para penarinya. Oleh sebab itu tari silir-silir diperagakan oleh penari dengan membawa kipas.
Tari Caping Ngancak merupakan salah satu kesenian tari kreasi baru yang ada di Lamongan. Tari caping ngancak di ciptakan oleh seniman berbakat yaitu Tri Kristiani, Ninin Desinta dan Purnomo. Tari Caping Ngancak mempunyai banyak prestasi dan gerakan yang unik sesuai dengan penggambaran dinamika kehidupan masyarakat petani yang ada di Lamongan sehingga tari Caping Ngancak mempunyai potensi sebagai kesenian khas lamongan.